Manusia berusaha mengenal dirinya dan mengenal alam semesta. Ia ingin lebih tahu siapa dirinya dan bagaimana alam semesta. Dua jenis pengetahuan ini menentukan evolusi, kemajuan dan kebahagiaannya. Agama mengajak manusia untuk mengenal dirinya. Pokok-pokok ajaran agama adalah kenalilah dirimu agar engkau tahu Tuhanmu dan jangan melupakan Tuhanmu agar kamu tidak lupa akan dirimu. Imam Ali as mengatakan, "Semoga Allah merahmati manusia yang tahu asal-usulnya, tahu keberadaan dirinya, dan tahu hendak ke mana dirinya."
Seorang arif berkata bahwa maksud dari mencari Tuhan bukanlah engkau menemukannya, tapi engkau harus menyelamatkan dirimu dari kelalaian dan mengenal dirimu sendiri. Pengenalan manusia merupakan sebuah jalan untuk mengenal Tuhan dan pada dasarnya, jalan mengenal Tuhan akan melewati gerbang pengenalan manusia itu sendiri. Imam Ali as berkata, "Barang siapa mengenal dirinya, maka sungguh dia akan mengenal Tuhannya". Dengan kata lain, barang siapa yang telah mengenal dirinya tentang bagaimana makhluk yang rendah ini bisa menggapai kesempurnaan, maka ia akan mengenal Tuhannya. Sebab, manusia mengetahui bahwa selain Tuhan Yang Maha Kuasa, tidak ada makhluk lain yang bisa mengantarkannya dari segumpal mani menuju kesempurnaan.
Manusia dapat mengenal Tuhan dengan sifat Jamaliyah (keindahan) dan Jalaliyah (Keagungan) dengan cara tafakkur, perenungan, dan penyelaman terhadap dirinya sendiri. Imam Ali as berkata, "Barang siapa yang telah mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya dan karena ia telah mengenal Tuhan, maka ia telah sampai pada ilmu dan pengetahuan tentang seluruh keberadaan."
Tujuan utama ilmu agama dan filsafat adalah mengenal manusia dan alam semesta serta hubungan keduanya dengan Sang Pencipta. Oleh sebab itu, pengenalan terhadap berbagai dimensi dan karakteristik manusia akan mendekatkan seseorang pada asal mula penciptaan dan tujuan dasarnya. Rasul Saw bersabda, "Orang yang paling tahu tentang dirinya, maka ia adalah orang yang paling mengenal Tuhannya." Dikisahkan bahwa seorang sufi berkata kepada sahabatnya demikian, "Wahai Tuhan, kenalkanlah diri-Mu kepadaku." Sementara aku berkata, "Wahai Tuhan, kenalilah aku pada diriku sendiri."
Hubungan manusia dan alam semesta merupakan sebuah tema penting filsafat. Dengan kata lain, itu adalah sebuah masalah yang sangat esensial bagi manusia, dimana ia menyimpan potensi besar dalam dirinya. Mereka yang mengkaji tema-tema Ilahiyat dan ingin mengetahui hubungan antara makhluk dan khalik, atau mereka yang ingin mengenal dirinya sendiri dan juga orang-orang yang ingin mempelajari metode kehidupannya baik itu dalam dimensi individu, sosial atau bahkan universal, maka mereka akan berurusan dengan masalah manusia dan alam semesta. Jika masalah ini terpecahkan, kebanyakan dari problema umat manusia akan terselesaikan.
Menurut kebanyakan orang, manusia adalah manusia dan alam semesta adalah alam semesta. Padahal, ada hubungan yang sangat erat dan penuh makna antara manusia dan alam semesta. Manusia adalah satu-satunya makhluk hidup yang memiliki ikatan abadi dengan seluruh dimensi alam. Seluruh bagian dan gerakan di alam memiliki hubungan satu dengan yang lain. Ada ikatan erat antara karakteristik dan fenomena-fenomena di alam ini.
Segala sesuatu memiliki sebuah tampilan eksternal dan juga dimensi internal. Mungkin saja sesuatu terlihat kecil secara lahiriyah, tapi dari segi batin sangat besar atau sebaliknya yaitu, mungkin saja sesuatu tampak besar secara lahiriyah, namun dari segi batin sangat kecil. Alam penciptaan juga seperti itu. Alam secara lahir tampak besar dan agung, tapi pada dasarnya adalah kecil dan mungil dari segi batin. Sementara manusia terlihat kecil dari sisi lahiriyah, namun pada dasarnya adalah besar dan luar biasa. Imam Ali as berkata, "Apakah kalian mengira bahwa kalian hanya tubuh kecil ini, padahal kalian adalah alam yang sangat besar."
Pada kenyataannya, manusia adalah model eksklusif dari seluruh makhluk hidup dan bahkan dapat disimpulkan bahwa jejak dan tanda-tanda dari seluruh makhluk di alam semesta ada dalam diri manusia. Segala sesuatu yang ada di alam, pada dasarnya juga terdapat dalam diri manusia. Oleh karena itu, jika kita mengamati diri dan alam sekitar dengan seksama, maka kita akan menemukan sebuah hubungan yang rumit antara diri kita dan segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Seorang filosof Muslim, Mulla Shadra mengatakan, "Manusia sempurna adalah manusia yang menyelaraskan dirinya dengan seluruh ketentuan-ketentuan Ilahi."
Kenyataan bahwa semua makhluk, dengan segala keterbatasan, merupakan tanda-tanda akan kesucian, keindahan, ilmu pengetahuan, hidup, dan kesempurnaan lainnya dari Tuhan. Seluruh makhluk tanpa terkecuali, diharuskan untuk memuji dan mengagungkan Tuhan, dan berdasarkan hal tersebut, Mulla Sadra percaya bahwa semua atribut kesempurnaan seperti hidup dan pengetahuan, beredar pada semua makhluk di seluruh alam raya.
Setiap wujud di alam ini pada level keberadaan manapun, memiliki semua sifat kesempurnaan. Setiap wujud memiliki kehidupan, pengetahuan, kekuatan, kasih sayang, cinta… sesuai dengan kadar keberadaannya. Sifat-sifat kesempurnaan mengalir di segenap makhluk alam ini baik yang material maupun yang tidak. Sebagai bentuk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, manusia mengemban amanah yang berat dan tanggung jawab yang besar yang tidak dapat diterima makhluk lain. Manusia adalah perantara antara Pencipta dan makhluk lain mulai dari yang teratas (Tuhan) ke yang terbawah dari seluruh ciptaan-Nya.
Melalui manusialah kesempurnaan dan rahmat turun ke bumi; dalam perjalanan menuju Tuhan, melalui manusialah seluruh alam raya dapat menggapai Tuhan; dengan kata lain, manusia adalah penjaga alam, pemelihara, dan penyebab kehidupan di dalamnya. Bagaimanapun juga, sangat menarik bahwa manusia yang sama juga mencari bantuan dari alam dalam pendakiannya dan pergerakan ke atas menuju Tuhan; kesempurnaanya tidak mungkin tanpa alam dan isinya.(IRIB Indonesia)
Sumber : http://indonesian.irib.ir/artikel1/-/asset_publisher/7xTQ/content/id/5208299
just write some good posts worth bookmarking - © My Smile Just For You...
Posting Komentar